Pages

Saturday 12 April 2014

Udin dan Sang Sosok : politik

"Sosok itu semakin lama semakin hilang dalam hati dan pikiran" ujar si Udin kepada sahabat karibnya. "Dan lagi-lagi aku harus berusaha tak menampakkan hal tersebut kepada teman-temanku yang lainnya bahwa aku sungguh kehilangan sosok panutan tersebut" tambahnya. mendengar ocehan tiba-tiba dari temannya, Yusril pun langsung menimpalinya dengan cepat, "Memangnya seberapa pentingnya sosok itu buat kamu din ?"

Udin terdiam sejenak. pikirannya mulai memasuki alam masa lalunya. ia teringat kembali  akan sosok panutannya yang baru saja akan hilang dari ingatannya. sosok tersebut memang membuat Udin banyak belajar arti menyikapi hidup. pernah disuatu masa, Udin dihadapkan tentang pilihan yang sulit terhadap suatu masalah. Udin tampak bersikeras bahwa semua akan baik-baik saja ketika masalah tersebut dibicarakan bersama-sama. namun sang sosok membentaknya dengan keras,

 "Kamu nggak mungkin bisa nyatuin semua pemikiran orang-orang karena setiap orang punya pikiran berbeda, Din!", hardik sang sosok

"Tapi, bukankah dalam suatu kelompok, permasalahan harus kita selesaikan dengan kata sepakat. bukankah di dalam Undang-undang dasar begitu ? kita menyelesaikan masalah dengan mufakat" "timpal Udin

"Memang benar setiap masalah harus kita selesaikan secara mufakat, namun yang aku tekankan disini, kamu harus paham terlebih dahulu gimana situasinya" 

"Situasi ? situasi yang gimana ?" ujar Udin bingung.

"Jadi gini ,Din, kamu harus paham, kecenderungan teman-temanmu dalam musyawarah tersebut akan seperti apa, istilahnya, kamu harus bisa prediksi gimana jalannya rapat tersebut"

"Loh, bukannya dengan aku udah nyiapin gitu malah itu bukan mufakat ?"

"Mufakat dan nggak mufakat sebenernya dalam suatu musawarah itu dilihat dari siapa orang-orang yang paling rasional dalam pengungkapan pendapatnya. sekarang aku tanya ke kamu, gimana seandainya orang-orang yang di dalam rapat tersebut terkena rasionalisasi yang malah kenyataannya berbeda dengan situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan ?"

"Yaaaa menurutku...........," Udin berhenti sejenak

"Hal tersebut malah membuat permasalahan semakin nggak jelas saat pelaksanaan penyelesaiannya dan akan berjalan ke arah yang nggak bener"

"Yap! Bener!, jika kamu nggak hati-hati dengan rasionalisasi yang terlihat bener tapi ngawur, kamu dan teman-temanmu akan terjebak dalam permasalahan tersebut dan bahkan berpeluang akan menimbulkan masalah yang baru", jawab sang sosok bersemangat

"Hmm, kalau emang resikonya kayak gitu, trus apa yang bisa aku lakuin dong ? " ujar Udin

"Berpolitiklah!!" ujar sang sosok

"Berpolitik ? kok bisa aku kudu main politik ? kan politik itu kotor, liat aja itu orang-orang di kursi pemerintahan, ahh capek aku mau bahasnya, Percuma!" "ujar Udin ketus

"Eiitt, gini-gini Din, maksudku, setiap orang di dunia ini pasti akan melakukan proses politik itu. nggak percaya ? arti politik sendiri sebenernya adalah gimana cara pengaruh-mempengaruhi. contoh nih, kamu mau minta smartphone ke orang tua, tapi ortumu nggak ngebolehin karena dengan alasan nilaimu sekarang lagi anjlok, katakanlah begitu. Nah ,begitu kamu tahu alasan itu, cari akalah dirimu dengan belajar. Dengan belajar itu nilaimu naik dan kamu bakalan dapat itu smartphone. Disini, yang kamu pengaruhi adalah aspek psikologis mereka. Akhirnya ketika ortumu liat nilaimu udah baik, mereka mau nggak mau harus belikan kamu smartphone."

"Hmmm... aku jadi sedikit paham, tapi terus apa hubungannya dengan masalah yang tadi ?" ujar Udin

"Jadi, sebelum kamu mulai musyawarah, kamu emang harus bener-bener tahu kondisi real di lapangan kayak apa masalahnya. lalu selanjutnya, bisa kamu gunakan cara berpolitik itu agar pendapat mu yang berdasarkan fakta di lapangan itu  bisa kuat dan punya pendukung saat di musyawarah." jawab sang sosok santai

"lo.. lo... terus sekarang, apa bedanya dengan pendapat yang katanya rasional tapi ngawur tadi ? kan sama aja ? trus gimana cara aku nentuin mana yang bener dan mana yang salah dalam musyawarah? " Udin tiba-tiba menjadi bingung

Loh, jadi daritadi kamu nggak sadar  toh Din ?" ujar sang sosok dengan sedikit menahan tawa. "Bener dan salah itu relatif Din"

"Maksudnya ?" Udin mulai menggaruk-nggaruk kepalanya.

"Iya jadi "BENAR" yang kamu pertahankan dan kamu prinsipkan, itu belum tentu bener bagi orang lain, kebenaran itu bisa kita tentukan dengan fakta yang terjadi di lapangan ,tapi.... itu aja  setiap orang berbeda-beda dalam ngambil sudut pandang tentang fakta itu" 

"Lalu ? gimana dong caranya ngambil keputusan kalo setiap orang punya pemahaman sendiri ?"

"Ya kembali lagi, berpolitiklah" 

"Tapi kan... Arghhh !!!!" ujar Udin semakin menggaruk-nggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Tapi Kenapa, Din ?" ujar sang sosok semakin tak kuasa menahan tawanya. 

"......." 
Udin tidak menjawab namun sibuk mereka ulang setiap perkataan yang disampaikan oleh sang sosok.

Sang sosok kemudian menimpali, 

"Kamu bingung pun, itu adalah bagian dari politik aku ke kamu Din, daaannn... aku SUKSES !!" HAHAHAHAHAHAHAHA" 

Udin hanya melongo sedangkan sang sosok tertawa terpingkal-pingkal di depannya.


----


 *mohon maaf kalau ngalur ceritanya agak maksa dan gak nyambung, hehe*




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

1 comments:

tarinksinga said...

aseek...aseekk....

kok sepertinya mirip dengan perbincangan di salah satu warung kopi beberapa waktu silam yah??

tak tau lah. tapi siip...

mantab jeh..

Post a Comment