Pages

Friday 19 February 2016

mencoba bergairah (lagi)



Glunthang glunthung nggak jelas. keliling ke kamar-kamar yang ada di rumah. Mencoba mencari kasur yang paling pas untuk ditidurin kepala ini. Nemu. Di kamar bawah. Tapi ya gitu. Nggak ada kesan. Datar. tidur pun juga. Mimpi masih hitam semuanya. 

Hal ini kemudian terus berlanjut malam harinya. Pegang hape. Buka-buka sosmed, cek status temen, stalking gebetan. 

"Oh dia sekarang sama ini toh ?" Atau 
"mojok.co udah ada tulisan yang baru"Nyinyir siapa lagi ? 

Oalah pak beye.. Kenapa lagi si doi ? hmm... lagi sibuk Pembelaan diri ya karena merasa eranya dulu di salah-salahin oleh pemerintahan sekarang ?  Oalah pak, sekarepmu... Mantan kok ya dipikirin, yang sini punya aja belum. Eh. 

Sedikit sumringah kemudian diri saya menertawai sang mantan, namun akhirnya kembali lagi. Datar. hmm Ngapain ya?

Lagi enak-enaknya sibuk mikirin mau ngapain malam ini, elah dalah kok tiba-tiba muncul sebuah bunyi centang-centing bbm dari temen saya. ada apa gerangan ? kenapa tiba-tiba ? Ganggu "kesibukan" saya aja. saya buka kemudian pesan tersebut, Isinya...

"nganggur rez ? Ayok ngopi".


Awalnya saya malas. Bukannya apa. Ngajaknya aja jam setengah 9 malam. jam malam bray! eh bukan.. maksudnya, Ini udah waktu nya saya lagi khidmat-khidmatnya main game shadow fight 2. Game yang isinya pukul-pukuli bayangan musuh. Bisa dibayangkan serunya ketika darah character kita tinggal dikit terus bisa comeback mukul habis lawan dengan pukulan combo sampai 7x. Dunia binatang pun saya panggil guna mengekspresikan kegembiraan saya. Ya lalu kemudian dengan takzim saya nyebut sih. Tapi itu memorable dan bikin hati naik moodnya. Dengan malas kemudian saya balas,

"saiki ? Nggak kebengen ta ? Nangdi ?"

Lalu ia membalas 

"nggak, iki nata karo krisna oyi. Nata sek futsal, krisna sek nak koncoe. Yo paling jam 10an lah"

Membaca isi pesan bbm itu semakin saya biarkan saja. Dalam hati, iki wes bengi rek. Wes males arep metu. Lalu saya balas bbm nya..

"gampang wes, ndelok engkok"
.
Saya tinggalkan bbm temen saya, si putra itu, lalu kemudian nerusin ngegamenya. Meneruskan perjuangan si shadow, nama karakter dari game saya, untuk melawan tirani bernama shogun dari kekaisaran jepang. Hal ini menurut saya lebih mulia daripada mengikuti kopi-kopian tak jelas juntrungannya.

Pukul 22.15 kemudian ada pesan BBM masuk lagi. 

"Ayoo rez, nang pujasera sumbersari. Saiki. Aku otewe. Tak enteni kunu"

Hmm.. dengan menimang-nimang waktu yang ada serta kesuntukan saya karena nggak bisa ngalahin bos besar shogun, saya balas kemudian. 

"Okee, ketemu kunu yoh".

Singkat kemudian saya ganti baju, pakai jaket, nyetater sepeda dan kemudian pamit kepada om-om kos pemilik rumah.

Berangkatlah kemudian saya ke tempat perjanjian ngopi kami. Santai. Menikmati jember malam hari yang masih sedikit ramai. Bulan sudah mulai keliatan meskipun tak sempurna. Ia malu-malu mau untuk muncul. Sekali-kali sinarnya ditutupi oleh awan hitam. Pertokoan di jember pun sudah mulai gelap. Hanya menyisakan lampu-lampu jalan dan neonbox yang menyala dari toko mereka. Saya hirup udara segar dan dingin ini dalam kecepatan 40-50km/jam. Sembari memutar-mutar kembali ingatan saya. Saya selalu suka akan momen ini. Ketika sebagian orang sudah mulai terlelap dalam tidurnya dan menyiapkan diri untuk bangun esok pagi. Saat semua pikiran telah diistirahatkan dalam dengkuran nafas-nafas teratur dan berirama. Otak saya mulai bekerja kembali untuk mereview apa yang sudah saya lakukan dalam hidup ini. Apa kesalahan-kesalahan saya. Dan bagaimana caranya agar menyelesaikannya. Begitu pelan, nikmat, dan santai.

Hal tersebut berlangsung cukup lama. sampai di suatu masa, tiba-tiba kenikmatan itu berhenti dengan terpaksa ketika saya sampai di jembatan gladak kembar, sumbersari. Ada suatu hal yang membuat saya merasakan bahwa hari ini adalah hari yang mampu menggairahkan hari saya. mampu memberantas tuntas rasa bosan dan ndak jelas yang saya rasakan hari itu. Untuk kemudian nantinya dapat saya kenang untuk dingat-ingat,entah dengan mood yang bagaimana.  

Jadi begini, Awalnya motor jupiter saya melaju agak kencang di jembatan itu untuk kemudian saya ambil ancang-ancang belok ke kiri guna mencapai tujuan. Posisi motor ketika itu berada dibelakang mobil, kalo ndak salah terrios warna hitam  juga mengambil arah yang sama dengan saya. Merasa tak ada hambatan, saya ikuti saja mobil itu dari belakang. Lalu kemudian, ketika motor telah mencapai tengah-tengah antar persimpangan jalan menuju sumbersari dan ke kiri nya lagi menuju jalan sumatra, munculah sepeda motor berjenis  matic di depan saya. Refleks, tangan saya menginjak rem depan dan kaki menginjak rem belakang. Tak lupa pula bel speda saya bunyikan, 

"TIIIIIIIIIIIIIIINN"

tak puas dengan itu saya berteriak, 

"WOIIII"

Si doi...bukan, bukan sang mantan presiden itu, tak dinyana juga membalas teriakan saya dengan kata yang sama, 

"WOIII", ujar mereka dengan intonasi yang agak rendah dari saya.

Mendengar hal itu, makin beringsut marah pula hati saya. Kenikmatan saya yang telah berjalan cukup lama diatas motor harus diganggu dengan kejadian nggak penting yang sialnya membahayakan diri. Saya juga berpikir, orang ini tahu peraturan lalu lintas di jember nggak sih ?

Sudah tahu kalau kendaraan yang datang dari arah pakusari/smasa jember jika ingin masuk ke jalan sumatra, maka ia harus memutar dahulu dengan mengikuti jalan menuju pakem. Lalu disana  ia bisa berputar balik ke arah jembatan gladak kembar. Nah baru kemudian si pengendara boleh melanjutkan perjalanannya ke jalan sumatra. Makin dongkol pula saya ketika melihat supir matic cecunguk ini nggak pakai helm. Bukannya apa. Jika ia terjatuh dan kepalanya membentur jalan emang siapa yang mau tanggung jawab ? Pak beye yang terhormat ? Nggak mungkin lah. Jalanan sepi. Itu juga mungkin pak beye juga udah tidur kalo emang mereka kerabat dekat beliau.

Semua kesimpulan dan prasangka seperti diatas dengan cepat terkumpul di otak saya yang lalu kemudian membuat mulut semakin tak terkontrol. Ada semacam setan yang tak terlihat yang kemudian merasuki saya. Mengendalikan otak,mulut serta tangan saya. sang mulut sibuk Mengumpulkan huruf-huruf yang pas untuk dilontarkan dalam 1 kata yang efektif dan efisien guna menghasilkan dampak yang signifikan dan juga... mematikan. Mungkin uji realibilitas dan normalitas menemukan padu padan nya saat ini. Hal yang kemudian menjadi momok temen-temen skripsi saya ketika melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. 

Oke.
Saya ngelantur.

Kembali kemudian, ketika kata-kata itu sudah siap untuk dilontarkan, dengan refleks yang baik macam gianluigi buffon, tangan saya membuka kiranya setengah dari kaca gelap helm saya. Lalu kemudian..

"GOBLOOOOOOOOOKKKK"

bahagia. Indah. Lega. Tak terkira rasanya ketika sebuah kata sakti itu terlontarkan. Seperti kamu, iya para jomblo-jomblo disana yang udah lama sekali pedekate dan nembak terus diterima. Ya seperti itu rasanya. Meskipun saya belum pernah. Tolong kapan-kapan saya dikursus ya. Jangan mahal-mahal. Temen sendiri kok perhitungan. Dosa.

ketika rasa jumawa, dan lega masih saya nikmati, sepersekian detik kemudian rasa bahagia itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah teror yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Si supir matic cecunguk itu secara refleks kemudian mengubah arah motornya dari arah jalan sumatra menuju ke arah pakusari. sepertinya setan yang tadi merasuki diri saya telah memutuskan berpindah tuan. Ya benar. si supir  cecunguk beserta temannya telah merubah arah tujuannya. Berganti target operasi, dan itu adalah..... SAYA !!. 

saya sedih. begitu cepat perasaan ini berpindah. saya merasa diselingkuhi... oleh si setan. 

Motor saya yang sebelumnya berada pada kecepatan 30km/jam mendadak berakselarasi menuju 60-70km/jam dengan cepat. Rasa teror mengalahkan akal sehat saya akan bahaya yang mungkin terjadi seandainya ada kendaraan lain di depan. Dengan modal start lebih awal saya pacu si Jupiter. Melesat. Seperti tag nya yang terkenal itu "semakin jauh di depan"

Namun ketika saya sudah merasa jauh di depan mereka, tak disangka lampu merah depan kantor RRI menyala. Hmmm mati ae wes!!. merasa tak punya pilihan, Usaha terakhir saya lakukan yakni memposisikan motor sedepan mungkin. Jaga-jaga ketika lampu berganti hijau saya bisa berakselarasi secepat kilat.

Sambil menunggu lampu berganti, dengan tak sabar saya mengawasi kaca spion. Kalau-kalau ada hantaman atau apa saya bisa siap. tak lupa, dengan cepat saya men-setting persneling motor di gigi 1. Tangan sudah mbukak gas setengah. saya siap meluncur apabila keadaan mendesak dan memaksa. peduli setan dengan lampu yang masih merah. 

persiapan selesai. 
dan kemudian... Yang ditunggu dan dirindu akhirnya datang juga. 

Dengan muka celingak-celinguk, ia mengawasi sekitar untuk mencari keberadaan saya. Sambil berceloteh dengan kawannya, ia mengedarkan pandangan. Saya yang grogi-grogi disko gitu sudah siap melepas gas yang saya tahan.  Lalu kemudian, dua cecunguk ini berhenti tepat sekitar satu meter di sebelah kiri saya. Pas !!. 

hawa menjadi dingin tiba-tiba. 

dalam diam diatas motor saya berpikir. Kalau saja mereka memegang tangan saya atau paling buruk memukul, paling-paling saya akan menghardik lalu kemudian skenario diatas saya jalankan. Meluncur dengan kecepatan penuh. akan saya pecahkan langsung rekor kecepatan akselarasi lambhorgini yang mampu mencapai 100 meter dalam 3.7 detik. saya haqul yakin

Diluar dugaan, ternyata mereka tak sadar dengan keberadaan saya. ditambah lagi, Dengan celotehan jawa yang khas mereka berkata,

"Pokok lek ketemu gasaki ae wes, sikaat"

Saya yang mendengar kata-kata itu dengan jelas, diam saja. Bukannya takut untuk bertarung. Tapi saya lagi males untuk ribut dengan orang lain. sudah malam. Tangan saya nggak mood untuk pukul orang. 
HAA? apa ?!! kamu kira saya takut apa!! Gini-gini saya pernah ikut karate dahulu. Naik sabuk pula. Dengan pujian. IPK eh nilai kumite dan kata saya paling bagus saat itu. Jadi siapa takut !! Ayo majuu !!


Ya lalu kemudian kalian tahu kalau paragraf barusan adalah sebuah kesia-siaan yang anda baca dan saya lagi berandai-andai. Selamat ! Tapi, yang sabuk itu beneran kok. Sumpah.


Kembali ke cerita, kemudian dua cecunguk tadi setelah berkata seperti itu lalu mengarahkan motornya belok kiri menuju arah gunung batu. Bertepatan dengan itu, lampu merah berganti dengan hijau. Dengan akselerasi penuh saya menggeber motor. Sambil kemudian menoleh ke arah kiri berharap-harap cemas mereka tiba-tiba menyadari saya dan kemudian balik arah guna mengejar.

Demi menghilangkan resiko dikejar, saya akhirnya mengambil keputusan instan dan alhamdulillah matang guna banting masuk ke Jalan Doho. Pikiran saya, gapapalah telat sedikit daripada keburu sampai  yang ternyata nanti malah benjut karena ketahuan. Dengan gaya berpikir ala-ala Arsene Lupin saat dikejar Sherlock Holmes, saya memutuskan menggunakan metode melarikan diri yang sempurna.

setelah masuk ke Jalan Doho saya menggeber motor. Dengan kecepatan lumayan, saya geber motor memutari perumahan bukit permai. tak lupa pula saya matikan lampu depan sementara guna mengejar misi menghilangkan jejak ini berakhir dengan status completely finished. Sambil menoleh spion saya memastikan mereka tak membuntuti. Perjalanan memutar yang singkat namun penuh adrenalin tinggi ini kemudian saya akhiri dengan berhenti di lampu merah bukit permai. Celingak-celinguk arah kanan kiri serta tak luput arah berlawanan dilakukan guna memastikan tak ada sergapan tiba-tiba yang berpotensi mengagalkan misi mulia ini. 

aman.

Tak sampai 30 detik, saya kemudian menggeber laju motor ke arah kanan menuju tujuan semula. Jantung kemudian berdetak lebih pelan dan adrenalin mulai berkurang. setibanya ditempat, dengan langkah pelan dan penuh takzim, saya menghampiri teman saya. Seperti yang diduga sebelumnya, saya terlambat. Lalu kemudian banjir racauan dan hujatan muncul dari mulut mereka. pertanyaan sejenis kok suwi-kok suwi-lambat-siput menghiasi telinga saya. 

dalam hati saya berkata, hei kalian, tak tahu ya teman mu ini tadi menyabung nyawa guna menghadiri jamuan ngopi dari kalian. mbok ya dihibur gitu. gumam saya. 

ealaah.. harapan pun tinggal harapan. begitu saya bercerita panjang lebar, mereka malah menertawai saya. sudah gitu berlagak kalau mereka jadi saya, mereka akan turun tangan dan melawan balik. uhh... mulia sekali.  



----


terimakasih sudah baca cerita saya. saya akui saya sedang mencoba meniru gaya kepenulisan para penulis mojok.co. tapi cerita itu beneran kok. hehehe. thanks anyway :)

Wednesday 11 November 2015

ngobrol pagi yang maha Asyik







Selamat pagi. Hmm, yang paling enak apa saat kita baru bangun dari lelapnya tidur ? wih beragam. Sholat bagi yang beragama muslim, olahraga bagi yang perutnya berlemak. Ada yang melakukan ritus maha-asyik yakni bercengkrama dengan toilet. Dan yang terakhir dan tampaknya jadi hal wajib yang tak dapat ditinggalken, scrolling hape. Cek ina inu. Ting.. ting… tingtong. Bbm, Line, watsap dan aplikasi chatting sak bajaklaut-eh kerat- lainnya di cek satu-satu. Ada yang meneruskan chating temennya yang tak sempat terbalas karena tertidur, ada yang liat poto-poto my trip-my trip-an temennya ke suatu tempat. Uasyik. Bebas. merdeka !! sak penak mu. Juga sak penak saya. gluntang gluntung nggak jelas di kasur. Ke kanan, ke kiri. Kalau istilah anak hitz jaman sekarang, Mager namanya.  Tapi sak-penak-an nya saya saat scrolling Line. Ada yang ngganjel dikit di mata, iya bukan karena kelilipan, tapi postingan temen maya line saya yang cukup sayang dilewatkan. Kalau kata iklan nya le minerale, kayak ada manis-manisnya gitu. Mungkin yang ngeshare juga ada manis-manisnya juga saya ndak tau. Tapi daripada postingan ini terkesan menjurus nggak jelas maka saya perkenalkan temen baru saya itu. Ia, sebut saja namanya mbak sovi, seorang mahasiswi yang dilihat dari postingannya berasal dari fakultas kedokteran sebuah univ besar di jember. Tapi ndak juga sih, lha wong ia juga posting mengenai makanan yang menurut saya baru di jember, pizza goreng. Hmm yummy. Ntah seperti apa rasanya, tapi nanti bolehlah saya ditraktir :p. lha trus yang bener ia yang mana ? ya cobak yang Tanya gitu langsung aja kenalan. hehe

Mbak sovi ini dalam akun line nya menge-share mengenai sebuah paham yang bernama feminism. Sebuah paham yang berkembang pesat sebagai akibat adanya dogmatik gereja tahun 1600-an. Zaman saat itu juga di kenal sebagai zaman kegelapan oleh orang-orang eropa. Gereja saat itu menganggap perempuan sebagai makhluk kelas dua yang menjadi penyebab timbulnya dosa-dosa besar pada dunia. Ibu dari segala dosa. Jadi, perempuan saat itu dianggap “kotor”. Maka para agamawan gereja saat itu mengeluarkan semacam aturan yang melarang seorang laki-laki untuk menikah. Karena dianggap hal tersebut akan ngerusak kesucian nya sebagai seorang manusia.  bahkan Thomas Aquinas dalam bukunya Summa theologia antara tahun 1266 dan 1272 juga sepakat dengan aristoteles bahwa perempuan adalah laki-laki yang cacat (defect male). menuju abad pencerahan yakni abad 17, muncullah beberapa tokoh-tokoh perempuan yang menentang hal ini dan  menuntut adanya kesetaraan dengan laki-laki. Susan B. Anthony dan Elizabeth cady staton adalah tokohnya. Lalu muncullah gerakan feminis liberal. Dan... bla.. blaa blaaa… cerita selanjutnya bisa dicari sendiri di mbah segala mbah yang ada di dunia. saya ndak mau njelasin. nanti dikira saya menggurui. padahal kuliah masih aja titip absen. jadi mbalek lagi, Singkatnya  inilah cikal bakal adanya feminism yang berkembang di eropa.

Hmm saya yang polos dan ndak tau apa-apa tentang ini jadi gatal untuk nggak bertanya. macam anak kecil yang ndak bisa diam. saya baca ulang lebih teliti postingan mbak sovi.  Dan ternyata, feminism ini ada hubungan nya dengan budaya patriaki gitu di masyrakat. Lelaki yang memegang kendali utama kepemimpinan, mendominasi semua jabatan dan aspek yang lebih tinggi dari kaum lainnya. Dan di Indonesia, kebanyakan adat-adat seperti jawa, bali dan lainnya memegang erat budaya itu. kok bisa yaa ?  Nah disini mbak sovi dengan senyum-senyum manisnya mau menjawab pertanyaan cengil dan kok bisa-kok bisa dari saya. Jadi daripada saya jelasin satu persatu gimana jawaban nya, enak share aja screenshoot saya dan dia. Yak cekibrott.. (klik gambar biar gede)


SS 1

SS 2

SS 3

ada sedikit bribik-bribik saya disana, ehehe. lanjutkan...


SS 4

SS 5

SS 6

SS 7 

SS 8

SS 9

SS 10

SS 11

udah cukup. saya mau mandi. mau kuliah, kalau masih penasaran saya kasih bonus id Line nya, hehehe

Sunday 31 May 2015

Ngopi dan kawan-kawannya

Berawal dari sebuah project kecil-kecilan seorang kawan saya yang kebetulan tampak nganggur. Dengan keseharian nya yang selalu bermalam di pondok kecil nan kumal  (-yang parahnya adalah tempat saya menemukan titik balik hidup selama 21 tahun ini, oh shit, love you-), sebuah project tulisan maha biasa ini akhirnya ditulis juga. Dikatakan biasa karena tak akan merubah apapun, tak merubah nilai kuliah juga, tak merubah pandangan saya tentang kuliah menjemukan yang hanya hafalan saja, tak merubah apa-apa kecuali psikis saya yang sudah lama tak menulis dan mecoba merangkai kata demi kata lagi lewat tulisan ini. Menyelami setiap kata yang keluar dari otak dan menerjemahkan nya lewat tuts-tuts keyboard.

 Saya siap. 

Lalu dengan santai sambil memegang rokok, ia berkata kepada saya, 

“NGOPI.. kuwi cobak tulisen mblo”

Ngopi ? otak saya berpikir. Apa yang bisa saya tulis dari kata yang bahkan tak ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ini ? hmm..

“rodok ngawur sisan temamu, Jek” balasku. 

Sambil tersenyum simpul, ia membiarkan ku terlelap dalam alam pikir. Ia begitu menikmati kerut-kerut yang timbul di dahiku, menikmati gerak bola mataku ke atas bawah, yang menandakan aku sedang berpikir. 

“uwes ora usah dipikir ruwet, dipikir nyantai ae, apa yang kamu pahami dari kata ngopi, ngunu wae”

“ngopi ya ? hmm berarti guduk Kopi ne yo seng arep ditulis ?” tanyaku cepat.

“Terserah….sepemahamanmu mengenai aktivitas yang dilakukan orang saat minum cairan ireng iki” tandasnya sembari menyeruput kopi yang sudah dingin dari sejam yang lalu. 

“Oke.. tak cobak’e”
---

Ngopi, sebagai sebuah kegiatan memiliki banyak arti yang berbeda ketika disangkut paut kan dengan variable lainnya. Yang dimaksud dengan variable disini adalah tendensi atau tujuan orang yang akan melakukan kegiatan ngopi itu sendiri. 
Dalam cerita raja-raja, entah raja siapapun, terdapat sebuah kegiatan yang sekarang ini dapat kita afiliasikan dengan kata ngopi. Contoh saja, ketika seorang raja menerima tamu dari negeri seberang nun jauh. Tak afdol jika rasanya sebagai tuan rumah menyediakan sebuah minuman yang murahan. Jika zaman romawi dulu, anggur dengan kualitas terbaik akan disajikan demi menghormati tamu raja. Selain itu, beragam makanan lain diberikan semata-mata agar tamu merasa senang dan tak lupa juga, kenyang. Baru setelah itu, perbincangan menjadi lebih intens dan berbau serius. Mungkin itu yang dilakukan oleh raja Romawi dan yunani untuk menakhlukan mesir. Merancang strategi perang dan politik untuk mengepung kota yang saat itu dipimpin oleh ratu cantiknya, Cleopatra. 
Ngopi ternyata memiliki padanan yang serasi dengan politik bukan ? Ahh mungkin bapak Jokowi  melakukan hal ini dengan berbagai utusan negara Asia-Afrika di bandung akhir April kemarin. Cheers pak!

Namun, bagaimana seandainya jika ngopi kita padu padankan dengan sebuah tatanan hidup yang hendak ditanamkan ke dalam pikiran kita ? tampaknya menarik ya. Bagaimana bisa ? mungkin bisa di jawab dengan hadirnya gerai-gerai minuman premium sekelas setarbaks. Seperti yang diketahui bahwa setarbaks adalah gerai minuman yang memiliki franchise besar dan tersebar di penjuru dunia. Beragam jenis olahan kopi disajikan disana. Vanilla latte, Moccachino, American coffe, Arabian coffe dan lainnya dapat kita list sebagai pilihan minuman. Dengan berbagai varian kopi, membuat orang penasaran dan ingin mencoba. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mencoba hal-hal baru disekitar mereka hanya demi memuaskan rasa ingin tahu nya. Namun nyatanya, motivasi nya tak sebatas itu. dengan kemasan yang unik dan rasa kopi yang katanya kelas wahid, membuat orang ketagihan. “ini baru minuman berkelas” kata mereka. 

Tak pelak, kerumunan manusia pencinta kopi premium ini membentuk sebuah identitas baru di tengah masyarakat. Mereka dapat tahan berjam-jam untuk menikmati kopi mahal ini ditambah kursi empuk yang sengaja disiapkan. Tak ada yang salah sih. Karena menikmati kopi dengan cara apapun adalah kebanggan dan cara masing-masing orang. Tapi yang dapat menjadi masalah adalah ketika kegiatan ngopi mahal itu menciptakan klasifikasi baru yang akhirnya menggaet variable lainnya sebagai kawan. Ya, prestise namanya. Dengan adanya prestise, sebuah tatanan hidup baru telah tercipta. Prestise menciptakan perasaan bangga di diri kita. Menunjukan bahwa kita telah mencapai hal tersebut dan patut untuk diketahui semua orang.  Ngopi di gerai kopi premium menjadi penegas prestise dan menandakan kelas social tertentu seseorang.

Akan menjadi lebih rumit lagi ketika variable “sahabat” dari prestise, yakni teknologi dijadikan sebagai tanda resmi orang telah masuk ke dalam kelas social tersebut.  Instagram, twitter, facebook, Path dan aplikasi media social lainnya menjadi jembatan orang untuk memproklamirkan “gaya hidup” mereka kepada teman dunia mayanya. Ciri khas dari media social yang paling kentara adalah dapat langsung diketahui oleh semua orang dan dapat mempengaruhi orang untuk melakukan hal yang sama. Maka dari itu mengapa twitter menciptakan trending topics yakni Untuk melihat hal apa yang menjadi tren manusia saat ini.  

Belum bertemu dengan masalahnya ya ? sabar dulu. Mari kita intip sejenak kawan kita yang masih malu-malu bersembunyi. Dia adalah daya beli. 
Efek dari kawan yang menguplod foto atau postingan “sedang nyantai di setarbaks” adalah rasa penasaran –kalau tak boleh dibilang cemburu-. rasa ingin tahu yang menggebu-gebu namun daya beli yang pas-pasan membuat orang nekat. Apalagi iming-iming prestise, jadilah tanpa pikir panjang orang dengan daya beli pas-pasan akan mencoba menaiki “tangga” agar dapat selevel dengan kawan nya.  Minum kopi di setarbaks.  Amboi nian rasanya. Sekali-kali sih tak mengapa. Akan menjadi berbahaya ketika menjadi sebuah gaya hidup baru padahal untuk memenuhi  makan 4 sehat 5 sempurna dalam sehari pun tak mampu. 

--
Berbagai macam hal-hal yang berkaitan dengan ngopi dapat menjadi bahasan yang menarik ketika kita ngopi dalam arti harfiahnya. Tak hanya dilihat dari efek social budaya ekonomi, namun esensi ngopi sendiri yakni berdialog lepas santai tanpa terikat status apapun menjadi hal yang ditunggu-tunggu. kala melepas penat saat mengakhiri kegiatan sehari-hari dirasa waktu yang pas. Tak pandang bulu entah itu bupati, gubernur, pegawai kantoran biasa, eksekutif muda, tukang parkir, tukang becak atau siapapun, semua bebas untuk berbicara tanpa moderator. Membicarakan pekerjaan boleh-boleh saja, membicarakan bagaimana cara mengurus anak juga silahkan, atau bercanda menjurus agak kasar dan tak senonoh, tak ada yang melarang. Toh, anda bebas menginterpretasikan arti ngopi sendiri karena sebenarnya ngopi adalah sebuah kegiatan untuk  mengkultuskan tujuan. Entah sebaik atau seburuk apapun itu tujuan, ngopi memang perlu untuk diadakan.