Pages

Thursday 28 March 2013

resensi buku : CUCU WISNUSARMAN




Penerbit pertama: PT grafindo mukti, jakarta 1993
Diterbitkan ulang oleh : Nalar, jakarta 2005
Penulis : Parakitri Tahi Simbolon
Tebal buku : 280 halaman




Cucu wisnusarman merupakan sebuah kumpulan tulisan kolom pada harian KOMPAS oleh Parakitri T. Simbolon sejak tahun 1979-1984. Tulisan beliau saat itu merupakan sebuah gaya tulisan baru dalam mengungkapkan realita kehidupan masyarakat indonesia pada masa orde baru lengkap dari permasalahan kecil sampai dengan masalah utama negara. Semua terangkum dalam monolog serta dialog antara cucu-cucu wisnusarman, kakek wisnusarman dan temannya, Laotan. 

Sebagai contoh, Terdapat suatu cerita yang mengungkapkan bahwa realita para calon sarjana yang lebih banyak mengejar sebuah gelar daripada ilmu yang di dapat dari universitas tempat mereka bernaung. Bung Parakitri sangat baik mengungkapkan bagaimana frustasinya seorang cucu perempuan Wisnusarman terhadap mental mahasiswa yang hanya menghafalkan soal-soal ujian tingkat pertama kemudian pada tingkat kedua hilang semua ilmunya, naik tingkat kedua, hafalkan soal-soal ujiannya kemudian hilang ilmu yang dipelajari nya saat naik ke tingkat ketiga dan seterusnya.Melihat fakta di masyarakat sekarang bahwa banyak lulusan sarjana yang menganggur atau bekerja tak sesuai dengan bidang yang dipelajarinya saat kuliah adalah hal yang memiriskan hati. Dengan membaca buku ini, diharapkan  dapat mengunggah hati dan pikiran para mahasiswa agar tak melulu mengejar nilai-nilai terbaik atau cepat tidaknya lulus namun sudah seberapa banyak ilmu yang mereka kuasai. 

Di ceritakan pula bagaimana watak orang Indonesia yang gemar mengkritik terutama mengkritik pendapat dan ekstrimnya kebijakan negara sebelum mereka menjalankan dan merasakan sendiri manfaat dari kebijakan itu. Dibahas pula sifat kebanyakan pemimpin indonesia yang menyelesaikan masalah hanya dengan pidato pencitraan, banyak membuat suatu peraturan yang pada akhirnya isi aturan satu sama lain saling bermakna ganda serta yang lainnya. Hal ini seperti sebuah pembalik nilai dimana sesuatu permasalahan yang bisa cepat teratasi namun dipersulit, atau masalah pelik yang diselesaikan di permukaannya saja. Semua hal ini diungkapkan oleh Parakitri tanpa menyerang langsung namun dengan sebuah cerita yang secara tidak langsung mengartikan bobroknya kebanyakan sifat para pemimpin Indonesia.

Membaca buku ini tidaklah mudah bagi sebagian orang terutama saya sendiri karena kerumitan lambang-lambang yang digunakan untuk membungkus fakta dan argumen terkadang menghasilkan persepsi berbeda di pikiran. Namun hal ini dapat dipahami karena parakitri menulis kolomnya pada masa Orde Baru dimana kebebasan pers sangat dikekang dan ancaman pembredelan media selalu mengancam apabila terlalu mengkritik pemerintah. Buku ini bagus dibaca oleh siapa saja yang peduli dengan bangsa Indonesia dan orang-orang yang berniat mengubah Indonesia  untuk menjadi lebih baik.  Sekedar tips dalam membaca buku ini, hilangkan sementara semua ilmu yang pernah dipelajari dan kosongkan pikiran kita dari persepsi baik buruknya semua hal yang dianggap tabu. Selamat membaca!



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

1 comments:

admin said...

Wow! Sebuah buku yang menarik dan juga sebuah resensi yang apik. Cucu Wisnusarman bisa menjadi bacaan santai yang tanpa sadar membuat kita tahu keadaan kita dan lingkungan kita saat ini. Terus menulis ya Sang Hidung Jadi-jadian. Dan terimakasih atas ulasan bukunya :)

Post a Comment